Maka penting sekali bagi para pegiat sastra, yang menghujamkan pena_penanya. Goresan demi goresan, kata demi kata, kalimat menghubung paragraf. Belembar _lembar berbab _bab membilang imajinasi tanpa batas bebas menyelusuri membuahkan karya_karya fiksi.
Tetaplah memegang teguh nilai_ nilai kebenaran. Karna sejatinya tidak semua hal yang kita fikirkan benar untuk kita tuliskan.
Dewasa cerita fiksi (novel) merupakan salah satu bacaan yang paling diminati diberbagai kalangan. Khususnya kaula muda.
Menjamurnya semangat menulis dikalangan kaUla muda juga merupakan kemajuan pesat yang sedang tumbuhdi bumi khatulistiwa.
Bagaimana tidak, coba saja datang di toko_toko buku bukan tidak mungkin kita jumpai banyal penulis_penulis baru dengan buah karya yang tak terhingga jumlahnya.
Seolah hal yang biasa, menerbitkan buku juga tak semimpi masa lampau. Yang harus melewati berbagai tahap, seperti buku Harry poetter misalnya harus menerima 12 kali penolakan di penerbit penerbit sampai akhirnya booming dipasaran dan beberapa kisah lainnya.
Hari ini tak serumit masa lalu. Menerbitkan buku tak perlu susah_susah menuggu. Ada banyak pilihan yang mungkin kita pilih untuk bisa menerbitkan buku tanpa proses seleksi yang berliku . Bahkan ada penerbit yang bisa menjamin semua naskah kita bisa terbit tanpa proses yang rumit.
Literasi bagi pegiat fiksi tetaplah sebuah nilai yang terus mengalir dan abadi. Maka penting sekali tak hanya mendidik ia agar bisa banyak diminati tapi memuat kebaikan dan kebenaran yang terilhami. Sehingga karya_karya tak hanya sebatas ilusi dan imajinasi yang kosong dan minim arti dari kebenaran dan kebaikan penduduk bumi.
Maka dari sisi inilah kita bergerak. Dari sudut inilah kita menulis. Dari tempat itulah kita beranjak. Mengimajinasikan kebenaran lewat kebaikan _ kebaikan dilembaran yang ingin kita torehkan. Semoga dengan itu banyak bulir_bulir pahala yang terus mengalir.
Tulislah kebenaran, mari membaikkan diri terlebih dahulu. Bukankah para ulama terdahulu beristkhoroh berkali2 untuk menuliskan bait_bait kebenaran dalam sebuah Buku karna rasa takutnya kepada Allah.
Kemudian jika literasi kita adalah imajinasi kebenaran dan kebaikan bukan tidak mungkin sebaliknya literasi kita bisa menjadi penyebab kesalahan dan ketidakbaikan para pembaca.
Bayangkan saja berapa banyak yang bisa menjadi baik karnanya atau mungkin sebaliknya.
Mari mencerdaskan diri, membaikkan diri dan jadilah salah satu penyebab kebaikan bagi orang lain melalui pena yang bijak memberi tinta kepada lembaran kertasnya.
semangat menginspirasi dariku yang belum jadi apa_apa.masih pande berkomentar dan beropini aja.
insyaAllah
doakan.
😊