Bahagia

Kau pergi lalu diperjalanan ban mu bocor, kreta di gas perlahan sampai ketempel ban sederhana lubangnya masih bisa ditambal nanti kita cerita tentang ban bocor..

Bahagia itu bisa melakukan semua nya sendiri. (dalam hati: andai aku bisa nambal ban sendiri).

Malam

Dikeheningan

Kipas angin memberi arahan

Tidurlah,

Kesejukan akan kuberikan

Setelah panas panjang.

Rindu

Tau tau pagi

Lalu terasa sengatan mentari

Tiba_tiba hujan

Menggerus segala kenangan

Tak terdiksikan

Duh…

Apakah ini patut dirindukan?

Saat siang dan malam berganti tanpa henti

Dan mereka saling membelakangi

Tanpa jeda yang pasti.

Tuhan…

Kurindu hujan_hujanan dan tidur sepanjang harian.

Literasi imajinasi kebailan

Maka penting sekali bagi para pegiat sastra, yang menghujamkan pena_penanya. Goresan demi goresan, kata demi kata, kalimat menghubung paragraf. Belembar _lembar berbab _bab membilang imajinasi tanpa batas bebas menyelusuri membuahkan karya_karya fiksi.

Tetaplah memegang teguh nilai_ nilai kebenaran. Karna sejatinya tidak semua hal yang kita fikirkan benar untuk kita tuliskan.

Dewasa cerita fiksi (novel) merupakan salah satu bacaan yang paling diminati diberbagai kalangan. Khususnya kaula muda.
Menjamurnya semangat menulis dikalangan kaUla muda juga merupakan kemajuan pesat yang sedang tumbuhdi bumi khatulistiwa.
Bagaimana tidak, coba saja datang di toko_toko buku bukan tidak mungkin kita jumpai banyal penulis_penulis baru dengan buah karya yang tak terhingga jumlahnya.

Seolah hal yang biasa, menerbitkan buku juga tak semimpi masa lampau. Yang harus melewati berbagai tahap, seperti buku Harry poetter misalnya harus menerima 12 kali penolakan di penerbit penerbit sampai akhirnya booming dipasaran dan beberapa kisah lainnya.
Hari ini tak serumit masa lalu. Menerbitkan buku tak perlu susah_susah menuggu. Ada banyak pilihan yang mungkin kita pilih untuk bisa menerbitkan buku tanpa proses seleksi yang berliku . Bahkan ada penerbit yang bisa menjamin semua naskah kita bisa terbit tanpa proses yang rumit.

Literasi bagi pegiat fiksi tetaplah sebuah nilai yang terus mengalir dan abadi. Maka penting sekali tak hanya mendidik ia agar bisa banyak diminati tapi memuat kebaikan dan kebenaran yang terilhami. Sehingga karya_karya tak hanya sebatas ilusi dan imajinasi yang kosong dan minim arti dari kebenaran dan kebaikan penduduk bumi.

Maka dari sisi inilah kita bergerak. Dari sudut inilah kita menulis. Dari tempat itulah kita beranjak. Mengimajinasikan kebenaran lewat kebaikan _ kebaikan dilembaran yang ingin kita torehkan. Semoga dengan itu banyak bulir_bulir pahala yang terus mengalir.

Tulislah kebenaran, mari membaikkan diri terlebih dahulu. Bukankah para ulama terdahulu beristkhoroh berkali2 untuk menuliskan bait_bait kebenaran dalam sebuah Buku karna rasa takutnya kepada Allah.

Kemudian jika literasi kita adalah imajinasi kebenaran dan kebaikan bukan tidak mungkin sebaliknya literasi kita bisa menjadi penyebab kesalahan dan ketidakbaikan para pembaca.
Bayangkan saja berapa banyak yang bisa menjadi baik karnanya atau mungkin sebaliknya.
Mari mencerdaskan diri, membaikkan diri dan jadilah salah satu penyebab kebaikan bagi orang lain melalui pena yang bijak memberi tinta kepada lembaran kertasnya.

semangat menginspirasi dariku yang belum jadi apa_apa.masih pande berkomentar dan beropini aja.
insyaAllah

doakan.

😊

Tugas

Bertahun _ tahun yang lalu memendamu dalam diam

Setelah beberapa lama aku mulai menyebutmu dalam benakku

Lalu kemudian aku mulai berani menginginkanmu

Semenjak itu aku punya energi mewujudkanmu

Aku menuliskanmu di bangun dan jatuhku

Aku dengung_ dengungkan keseluruh jemari ku

Meskipun masih saja aku malu _ malu

Perihalmu aku selalu berkompromi baik_baik dengan lakuku

Kini saat semuanya makin terang

Saat semua sudah semakin jelas

Saat sudah menjadi kenyataan

Baru aku tau rasanya rindu itu

Baru aku tau rasanya penantian itu

Saat gelora masih masih menyala dengan tugas meski kantuk tak dapat dikutuk.

Sekarang biarlah tugas_tugas ini kuselesiakan dengan caraku.

Sesekali berpuisi sesekali kembali dengan nyali.

Ya..

Nikmati saja tumpukan tugas ini.

Hmm.. Nyumii.

Kosong

Malam ini sepi

Dentum jam terdengar tinggi

Memutar imajinasi tak bertepi

Berhenti !

Jangan kata aku sendiri

Lalu merintih untuk ditemani

Kemana _ mana suka lonely

Tak bergantung sana sini

Jika kau disini, kau akan tau betapa aku sangat menikmati

Tiap jatuhan daun yang bernyanyi

Kukira mereka sakti sekali

Jatuhpun tak gentar tetap berbagi

Menjadi pupuk bagi bumi

So sweet sekali

Begitu..

Aku juga begitu..

Aku ini bilangan asli

Jelas terdefenisi

Kosong tanpa basa _ basi

Didalam mimipi aku berenergi

Didunia nyata aku bermimpi

Kenyataannya kita lihat saja nanti

Nikmati saja dulu tahap ini.

Kalian semua suci, aku pendosa

Tarbiyah ini, apakah sudah cukup?

Memintal benang_benang ukhuah

Diantara degup_degup kisah

Sekelumit bukan hanya berbagi resah

Saat mutabaah yaumiyah penuh dengan ibadah_ibadah

Berlelah lelah menghadiri agenda_agenda dakwah

Berkata lillah…

Tarbiah ini apakah cukup sudah?

Menjadi hakim yang mengetuk palu,ini benar dan salah

Tarbiah ini, apakah cukup sudah?

Jika lisan_lisan mulai tak berarah

Menusuk diulu hati tanpa nurani

Seolah paling suci sendiri

Tarbiah ini, apakah cukup sudah?

Sejenak

Sejenak kita tanya dalam benak

Pelan _ pelan tanpa riak

Tak usahlah berteriak _ teriak

Nasi tak akan segera tanak

Lihat itu..

Ada sesuatu yang gersang

Terdiam, disudut halaman belakang

Tak ada yang menemukan

Sedang merintih untuk bertahan

Sejenak tak lama

Sebentar saja

Perhatikan..

Tak usah kelana kemana_ mana

Sejenak saja

Tanpa retorika

Berjalanlah…

Benakmu tau dimana detaknya

Karna kau hidup dari _Nya

Sempurnalah rasa

Pernah saat hujan turun kita tertawa dan menatap indahnya dari koridor panjang itu.

Dijatuhinya dedaunan dan rerantingan.

Pohon rindang daun menari nari kegirangan.

Bergerak gerak menghentak_ hentak seperti sedang tertawa terbahak_ bahak

Perbincangan kita waktu itu sederhana sekali

Ya..

Tentang apa yang kita lihat

Khusyu dengan apa yg kita dengar

Seakan kita ikut menyaksikan simpul kebahagian pepohonan yang diguyur hujan.

Sejuk dirasa.

Hari ini.. Kita kembali kedatangan ia.

Hujan rintik_ rintik.

Tak segalak kemarin.

Ia turun dengan derasnya.

Siang tadi cuma rintik _ rintik

Bukan berarak tapi pelan _pelan mengatur detak

Kita mengangkat kotak itu..

Mebereskan ini dan itu.

Duh.. Rasanya banyak sekali kenangan tiap langkah yang kita pijak.

Mereka berteriak _teriak membawa segudang sendu yang riak

Sempurnalah rasa.

Dipenuhinya bahagia sedih kecewa derita dan rindu tak terikira setelahnya.

Akankah kita bertemu kembali

Yang kita ingat di akhir _ akhir

Selalu ingin kembali ke awal

Penghujung malam ramadhan terakhir

Malah saf _saf semakin kecil

Duh ramadhan…

Akankah tahun depan kita bertemu kembali.

Dengan riuhnya tangan2 menengadah di malam dan siang hari.

Dengan lelahnya mata tilawah berjuz juz tiap hari

Dengan bahagianya sahur dan berbuka dengan keluarga

Dengan sejuknya bercengkerama didapur menyiapkan menu berbuka bersmaa ibunda tercinta.

Dengan manisnya menjaga lisan dan dahaga

Duh ramadhan..

Akan kah kita bertemu kembali.

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑